Ad Code

Hubungi Admin=>

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI CAKRAWALA BELAJAR

Virtual Reality Bantu Anak SDIT Wildan Mukholadun Belajar Kompos dan Cinta Lingkungan: Inovasi Pembelajaran Masa Depan Dimulai dari Sekarang

Cakrawala Belajar| 4 Mei 2025

SDIT Wildan Mukholadun

Inovasi pembelajaran kembali hadir dari Universitas Negeri Malang. SDIT Wildan Mukholadun, SDIT Wildan Mukholadun di Kabupaten Blitar menjadi pelopor dalam pengembangan modul pembelajaran kompos berbasis Virtual Reality (VR) yang bertujuan untuk menanamkan kesadaran lingkungan sejak usia dini.

Kegiatan ini merupakan bagian dari penelitian pendidikan yang dipimpin oleh Dr. Surayanah, M.Pd., bersama tim peneliti yang terdiri dari Prof. Dr. H.M. Zainudin, M.Pd., Yuniawatika, S.Pd., M.Pd., dan dua mahasiswa pendidikan, Marsanda Avilia Putri dan Ayunda Sekar Nur’aini. Fokus penelitian ini tidak hanya pada peningkatan pemahaman siswa terhadap materi, tetapi juga pada penguatan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan hidup yang kini menjadi perhatian global. 

Pembelajaran pembuatan kompos melalui VR (Virtual Reality)

Pembelajaran pembuatan kompos melalui VR (Virtual Reality)

Modul ini secara khusus dirancang untuk mengenalkan siswa peran penting dekomposer dalam proses pengolahan sampah organik menjadi kompos. Namun, berbeda dari metode konvensional, pembelajaran dilakukan dengan pendekatan teknologi modern berbasis Virtual Reality, sehingga siswa dapat menjelajahi secara virtual mulai dari orientasi masalah penumpukan sampah sampai dengan pembuatan kompos. “Pembelajaran berbasis Virtual Reality ini pada dasarnya sangat keren, begitu inovatif dan memiliki dampak yang luar biasa dalam pembelajaran” ungkap Bu Nova selaku Wali Kelas V SDIT Wildan Mukholadun. 

Aplikasi yang digunakan adalah Millealab, sebuah platform VR edukatif yang dapat dijalankan melalui perangkat seluler. Dengan antarmuka yang ramah anak dan konten yang interaktif, Millealab memudahkan siswa untuk belajar melalui pengalaman visual dan kinestetik yang mendalam. Dalam uji coba ini, sebanyak 45 siswa kelas V terlibat dan dibagi dalam dua kelompok: kelompok kecil (6 siswa) untuk pengamatan intensif, dan kelompok besar (39 siswa) untuk implementasi skala luas. Modul ajar yang digunakan telah dirancang sistematis dan memuat Tujuan Pembelajaran (TP) yang mengacu pada Kurikulum Merdeka.

Lebih dari sekadar proyek teknologi pendidikan, program ini memiliki benang merah kuat dengan agenda global Sustainable Development Goals (SDGs). Secara spesifik, penelitian ini mendukung SDGs 4 dengan mendorong pendekatan inovatif dalam proses belajar-mengajar dengan memanfaatkan teknologi digital. SDGs 12 dengan mengajarkan siswa tentang pentingnya mengolah sampah organik menjadi kompos. Dan juga SDGs 13 dengan memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang mitigasi limbah dan peran mereka dalam menjaga bumi. Melalui pendekatan tersebut, pembelajaran bukan lagi sekadar proses kognitif, melainkan juga pengalaman sosial dan emosional yang menumbuhkan karakter peduli lingkungan.

Siswa-siswi praktek membuat kompos

Setelah menjelajahi proses pengomposan dalam dunia virtual, siswa tidak berhenti sampai di sana. Mereka langsung terjun ke dunia nyata dengan mempraktekkan pembuatan kompos dari sampah organik rumah tangga. Aktivitas ini membuktikan bahwa teknologi bisa menjadi jembatan menuju aksi nyata, bukan sekadar hiburan atau visualisasi.

Tim peneliti berharap pengembangan modul ini dapat diterapkan secara lebih luas. Dengan penguatan pembelajaran berbasis teknologi dan kontekstual seperti ini, siswa SD dapat tumbuh sebagai generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bijak dalam menjaga lingkungan.
Modul pembelajaran berbasis VR ini menjadi bukti bahwa perubahan besar dapat dimulai dari ruang kelas kecil di pelosok daerah. Dengan dukungan teknologi dan semangat kepedulian, masa depan pendidikan dan lingkungan Indonesia tampaknya menuju arah yang lebih hijau dan berdaya.


Sumber : Ayunda Sekar Nur'aini
Editor : Surayanah 

Posting Komentar

0 Komentar